12:18 PM
0

Di Kabupaten Ponorogo, tanaman cengkeh merupakan salah satu komoditas perkebunan yang menjadi idola / primadona masyarakat petani dan sangat potensial untuk dikembangkan, khususnya di daerah-daerah dataran tinggi seperti di Kecamatan Ngebel, Pulung, Sooko, Pudak dan Ngrayun.
Meski beberapa bulan terakhir petani cengkeh dikejutkan dengan tanaman-tanaman mereka yang mati mendadak (kering) yang disebabkan oleh serangan penyakit BPKC (Bakteri Pembuluh Kayu Cengkeh), namun antusias petani untuk kembali menanam tanaman cengkeh masih tetap menggelora. Hal ini disebabkan karena tanaman cengkeh merupakan tanaman yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Produksi tanaman cengkeh pada kondisi normal bisa mencapai 80 – 100 kg per pohon per tahun. Saat ini harga cengkeh basah mencapai Rp. 35.000,-/kg dan kering Rp. 105.000,-/kg. Belum lagi ditambah daun keringnya yang juga laku dijual. Orang jawa bilang bahwa : “tanduran cengkeh niku mboten enten sing ngguwak blas”, maksudnya semua yang ada di tanaman cengkeh bisa dikomersialkan mulai dari batang, ranting, daun dan buahnya.
Di Kecamatan Sooko yang merupakan salah satu sentra tanaman cengkeh di Kabupaten Ponorogo, pada tahun 2012 ini mendapatkan bantuan bibit cengkeh dari Dinas Pertanian Kabupaten Ponorogo, Bidang Perkebunan sebanyak ± 30.000 bibit yang tersebar di 6 desa dan di 12 kelompok tani. Hal ini disambut antusias oleh kelompok tani dan petani, apalagi setelah mendapatkan sosialisasi budidaya cengkeh dari Bidang Perkebunan. Seperti yang dikatakan oleh Bapak Suisnun yang merupakan salah satu ketua kelompok tani yang ada di Desa Jurug, bahwa menurutnya bantuan bibit cengkeh tersebut serasa masih sangatlah kurang, mengingat luas lahan yang potensi untuk ditanami tanaman cengkeh masih sangat luas. Namun demikian kelompok taninya siap menjadi percontohan penanaman tanaman cengkeh yang sesuai anjuran.

0 comments:

Post a Comment